Raihlah berkah-berkah keshalihan
Kisah yang diabadikan oleh Rasulullah SAW
dalam sebuah haditsnya bagaimana seorang wanita yang saleh secara
personal yang diwujudkan dengan ibadah shalat, puasa dan ibadah mahdhah
lainnya namun ternyata Rasulullah SAW menyatakan bahwa ia dalam neraka.
Karena ternyata kesalehan itu tidak membawanya menuju kesalehan sosial,
bahkan ia cenderung tidak mampu menjaga lisannya dari tidak melukai hati
orang lain.
Dalam tataran tafsir
Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, terdapat beberapa hubungan dan korelasi
(munasabah) yang sangat erat antara kesalehan personal dan sosial dengan
nilai-nilai mulia dari ajaran Islam. Untuk menggapai predikat ihsan
misalnya, seseorang dituntut untuk mampu sholeh secara individu dan
sosial yang diwakili dengan shalat malam dan berinfak,
“Sesungguhnya
mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan.
Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu
memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta
mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang
tidak mendapat bagian.” (QS. Adz-Dzariyat : 16-19)
Ibnu
Asyur mengomentari ayat ini dengan menjelaskan bahwa dua bentuk amal
inilah yang sangat berat untuk dilakukan karena: pertama, bangun malam
merupakan sesuatu yang sangat berat karena mengganggu istirahat
seseorang. Padahal amal itu merupakan amal yang paling utama untuk
membangun kesalehan personal seseorang. Kedua, amal yang melibatkan
harta terkadang sangat sukar untuk dipenuhi karena manusia pada dasarnya
memiliki sifat kikir dengan sangat mencintai hartanya. Di sinilah Allah
SWT menguji kesalehan sosial seseorang dengan memintanya untuk
mengeluarkan sebagian harta untuk mereka yang membutuhkan.

0 komentar:
Posting Komentar