Semangat Subuh
🍃 Kehidupan kita di dunia,,,
senantiasa diwarnai oleh dinamika yang berubah-ubah,,,
Kadang kita diberi bahagia,,,
namun kadang mengalami derita,,,
Kadang sehat, kadang pula sakit,,,
Kadang menang, kadang kalah,,,
Kadang lapang, kadang sempit,,,
Ada perjumpaan, ada perpisahan,,,
Ada kelahiran, dan ada kematian,,,
Itulah dunia,,,
Semua serba fana,,,
tidak ada yang abadi selamanya,,,
Di dunia ini,,,
kita diibaratkan sedang melalui perjalanan yang panjang,,,
untuk sampai ke suatu peristirahatan yang hakiki,,,
Sungguh, kita semua adalah musyafir,,,
dan kita tidak akan berhenti dari perjalanan ini,,,
hingga kita sampai pada tujuan terakhir,,,
yaitu surga atau neraka,,,
Surga,,,
adalah tempat peristirahatan terakhir yang terindah,,,
Banyak orang mendambakan untuk dapat hidup di dalamnya, selamanya,,,
Namun, malah banyak diantara mereka yang tak menjalankan apa yang telah menjadi syarat untuk dapat masuk ke dalamnya,,,
Neraka,,,
Semua orang tak menginginkan untuk hidup kekal didalamnya,,,
Namun, setan sampai akhir zaman akan selalu membujuk manusia agar ikut menemaninya,,,
di tempat peristirahatan terburuk itu,,,
Meski hidup di dunia,,,
namun janganlah terlalu mencintai hal-hal duniawi,,,
Karena semua itu fana,,,
Janganlah berusaha mengejar dunia,,,
karena jika dirimu menginginkannya, Allah hanya akan memberimu dunia yang fana ini,,,
Tapi berusahalah mengejar akhirat,,,
karena ialah yang abadi,,,
Jika dirimu selalu berusaha untuk urusan akhiratmu,,,
kelak Allah berikan padamu dunia ini,,,
serta surgaNya pula di akhirat nanti,,,
“Ya Allah,,,
aku mohon ridho (dalam hatiku) sesudah keputusan-Mu,,,
kesejukan hidup setelah kematian,,,
kelezatan memandang wajah-Mu dan kerinduan berjumpa dengan-Mu.”
(HR Ahmad 20678)
#Goresanhati
Selamat bagi yang telah menunaikan ibadah shalat subuh berjamaah hari ini, semoga Allah menerima amal ibadah kita Aamiin
1. Surat Al-Mulk Ayat 15
" Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan."
2. Surat Muhammad Ayat 10
" Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu."
3. Surat Yusuf Ayat 109
" Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?"
4. Surat Ali 'Imran Ayat 137
" Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)."
5. Surat An-Naml Ayat 69
" Katakanlah: 'Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa'."
6. Surat Luqman Ayat 31
" Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur."
7. Surah Ar-Rum Ayat 42
" Katakanlah: 'Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)'."
8. Surat Ar-Rum Ayat 9
" Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri."
9. Surat Al-An'am Ayat 11
" Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu'."
Ayat-ayat Traveling
Nasrullah
Kamis, November 07, 2019
Mengenall diri dan menyalurkan segala potensinya untuk meningkatkan
kebaikan, tidak berarti menjadikan diri dalam dua kutub ekstrim. Yaitu, terlalu
memilih yang mudah mudah saja dalam hidup, atau sebaliknya, karena merasa hebat, akhirnya selalu berlebih-lebihan
dalam menjalani kehidupan Ini.
Karenanya, semuanya harus diselaraskan dengan tuntunan Al Qur’an
dan Sunnah. Yang menyuruh kita berlalu adil, seimbang, tidak berlebih-lebihan,
tetapi juga tidak bermalas-malasan.
Selain itu, penilaian diri tak bisa diserahkan pada selera, di mana
batasan baik buruknya seseorang diibaratkan rasa dan aroma dalam masakan. Bagi
orang yang menyenangi rasa asin atau pedas, maka rasa itu akan dikatakan baik.
Sebaliknya bagi orang yang tidak menyukai rasa itu, maka ia tidak akan
mengatakan masakan itu lezat.
Bisa saja kita menilai, kemampuan diri kita terbatas. Tapi
keterbatasan itu tidak boleh disikapi dengan kepasrahan. Bisa jadi kita menilai
diri kita punya banyak kelebihan. Tetapi itu tidak boleh disikapi dengan besar
kepala, arogan, apalagi menindas sesama. Semuanya harus ditata bagaimana agar
sesuai dengan koridor tuntunan Islam yang akan menempatkannya pada saluran yang
tepat. Muhammad Quthb, menggambarkan karakter unik setiap orang itu ibarat
senar pada alat musik. Senar itu mempunyai bunyi yang berbeda-beda. Tapi ketika
senar itu dipetik secara baik dan sesuai aturannya, maka yang terdengar adalah
alunan yang merdu.
Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziah, Allah SWT telah memadukan dalam jiwa
manusia dua macam kekuatan, yakni kekuatan syahwat dan kekuatan iradah
(keinginan baik). Dua kekuatan itu akan menyatu membentuk kekuatan baru yang
handal sebagai mesin penggerak bagi seluruh aktivitas yang bermanfaat atau
upaya melawan apa yang bisa membahayakan dirinya. Sifat marah, misalnya, dalam
pandangan lbnul Qayyim tidak dianggap sebagai sifat yang mutlak bahayanya. ”Sesungguhnya
amarah itu adalah tameng manusia yang bertugas membentenginya dari hal-hal yang
akan membahayakan dan menyakiti dirinya.” (Raudhatul Muhibbin, lbnul
Qayyim, 469)
Semua keadaan diri kita harus disikapi dan dikendalikan secara
proporsional. Maka mengenali potensi yang ada dalam diri, harus dilanjutkan
dengan fase pengarahan dan pengendalian. Indah sekali kesimpulan yang
dipaparkan oleh lbnul Qayyim. Ia mengatakan bahwa nafsu itu tak ubahnya seperti
kuda tunggangan yang akan membawa orang yang mengendalikannya ke sorga atau ke
neraka. Bila nafsu manusia diarahkan untuk menerjuni kenikmatan syahwat yang
semu serta mengarungi lautan keinginan yang diharamkan Allah, niscaya nafsu
akan membawanya ke jurang neraka. Tapi jika dijaga dan dikendalikan dengan
kesabaran, maka nafsu akan membawa penunggangnya ke surga.
”Nafsu itu memiliki dua kekuatan. Pertama kekuatan untuk memerangi
dan kedua kekuatan untuk membela. Fungsi sabar bagi nafsu adalah menyalurkan
daya serangnya hanya pada ha:hal yang bermanfaat bagi diriya dan menempatkan
daya belanya hanya untuk menolak hal-hal yang membahayakan dirinya." (Umdatus
Shabirin wa Zahiratus Syakin’n, lbnul Qayyim, 10)
Karenanya, hasil penilaian terhadap diri sendiri, selalu harus
disalurkan pada situasi yang bermanfaat, sesuai dengan bimbingan Allah dan
RasuI-Nya. Jangan terseret dan terjerumus pada arus berpikir pesimis. Jangan
pula terjerumus pada sikap melebihkan kemampuan diri sendiri, merasa sangat
hebat dan segala-galanya. Surnber kehancuran diri, seringkali bermula dari
kedua sikap yang sama-sama kurang tepat itu.
Tidak pasrah dan tidak merasa hebat
Nasrullah
Rabu, Oktober 30, 2019